"Kehidupan Messi Adalah Sepak Bola"


"Kehidupan Messi Adalah Sepak Bola" MH Samsul Hadi | Caroline Damanik | Rabu, 15 Februari 2012 | 12:38 WIB Dibaca: 13528 Komentar: 10 | Share: AFP/JOSEP LAGO Penyerang Barcelona, Lionel Messi, saat merayakan gol ke gawang Bayer Leverkusen pada leg pertama babak 16 besar Liga Champions 2011-12, Selasa atau Rabu (15/2/2012) dini hari WIB. Barcelona akhirnya menang 3-1. 
LEVERKUSEN, KOMPAS.com - Saat jumpa pers seusai Barcelona memukul Bayer Leverkusen 3-1 pada leg pertama babak 16 besar Liga Champions di Stadion BayArena, Selasa (14/2/2012) atau Rabu dini hari WIB tadi, Pelatih Barcelona Pep Guardiola ditanya wartawan soal kemungkinan mengistirahatkan Lionel Messi pada leg kedua di Nou Camp, 7 Maret.

Pemain Terbaik Dunia tiga kali beruntun itu menyumbang satu di antara tiga gol Barcelona ke gawang Leverkusen. Dengan tambahan satu gol ini, Messi mencetak rekor gol di babak knock-out (babak gugur) Liga Champions dengan koleksi 19 gol, mengungguli bomber-bomber maut kompetisi paling bergengsi Eropa itu, seperti Raul Gonzalez, Andriy Shevchenko, Filippo Inzaghi, dan Wayne Rooney.

Selain itu, masih ada catatan fantastis lainnya soal Messi. Dari 24 penampilan terakhirnya di Liga Champions, dia menyarangkan 25 gol. Musim ini, dari enam penampilannya di Liga Champions, ia telah mengoleksi tujuh gol.   Selain menyumbang satu gol ke gawang Leverkusen, ia juga melakukan assist pada gol pertama Alexis Sanches.

Lalu, dengan kemenangan meyakinkan 3-1 pada leg pertama, apakah pemain Argentina itu kemungkinan bakal diistirahatkan pada leg kedua? Begitu pertanyaan wartawan kepada Guardiola.

"Mengapa?" jawab Guardiola balik bertanya dalam jumpa pers itu.

"Semua orang ingin melihat pemain seperti dia (Messi). Kehidupan dia adalah sepak bola. Dia tidak peduli. Dia hanya akan gembira ketika bermain sepak bola. Bagi kami, sangat penting saat ia bermain."

Setelah ditahbiskan menjadi Pemain Terbaik Dunia yang ketiga kalinya secara beruntun, Januari lalu, orang berdebat soal apakah Messi (24 tahun) pantas menyandang sebutan "pemain terhebat sepanjang massa", bersaing dengan Pele dan Diego Maradona. Sebagian keberatan sebutan "pemain terhebat sepanjang massa" diberikan kepada Messi karena dia belum pernah juara di Piala Dunia.

Namun, pujian dan kekaguman tak pernah berhenti mengalir pada sosok berpostur tinggi 1,69 meter itu. Awal Februari ini, majalah terkemuka "Time" memajang foto Messi pada sampul muka (cover) dengan julukan "King Leo".

"Saya mencermatinya, dan dia melakukan sedikitnya tiga atau empat hal di setiap laga yang tidak pernah saya lakukan sepanjang karier saya," kata Gary Lineker, salah satu striker tersukses Inggris, yang dikutip "Time".

Melalui hasil riset ilmiahnya yang dimuat dalam majalah "Champions", Prof Norbert Hagemann dari Universitas Kassel (Jerman) mengaitkan kehebatan Messi dengan "indera keenam" yang dimilikinya. Seperti pemburu yang terlatih, Messi dianggap mampu menyerap informasi di sekelilingnya dan memberikan respon yang tepat dengan sensor kesadaran tubuhnya.

"Jika para pemain terbaik sudah tahu apa yang akan terjadi, mereka akan tahu ke mana akan mengarahkan perhatian," kata Prof Hagemann.

"Pemain-pemain seperti Messi hebat dalam mengambil keputusan. Mereka punya kemampuan antisipasi yang membantu mereka untuk menyelesaikan persoalan-persoalan rumit dengan cara yang terbaik. Pertanyaannya, mengapa Messi begitu bagus di Barcelona, tetapi tidak demikian halnya di timnas Argentina? Jawaban sederhana yang kerap dilontarkan, Messi tidak mendapatkan pelatih dan rekan-rekan pemain yang tampil dengan kemampuan dan gaya permainan di Barcelona.

"Argentina adalah Messi tanpa Barcelona, dan Spanyol adalah Barcelona tanpa Messi," begitu kata Juan Roman Riquelme, mantan playmaker timnas Argentina.

Namun, tidak seperti kecurigaan sebagian suporter Argentina, kecintaan Messi pada timnas tidak perlu diragukan. Carlos Bilardo, pelatih yang mengantarkan Argentina juara dunia 1986, menceritakan satu peristiwa yang terjadi pada Messi setelah tim Argentina yang diperkuat pemain mungil itu kalah dalam sebuah laga.

"Ia hanya menangis dan menangis dan terus menangis, serta tidak mau berhenti menangis (di ruang ganti)," cerita Bilardo.

"(Striker) Diego Milito datang menghampiri saya dan bertanya apa yang harus dilakukan. Saya jawab, biarkan saja dia terus menangis. Sebegitu besar itulah ia mencintai Argentina."

Di Barcelona maupun timnas Argentina, kehidupan Messi tetaplah sama, yakni sepak bola. Messi dan sepak bola tak ubahnya seperti ikan dan air. Tidak bisa dipisahkan. (SAM)

 
READNET 88 CONTACT US | Bloggerized by ILHAM BANDERAS - ABOUT US | MORE INFO