Khat Naskhi,salah satu aliran kaligrafi |
Read Net 88 - Berkembangnya kaligrafi hingga menjadi kesenian Islam yang mendunia tidak terlepas dari kiprah kaligrafer-kaligrafer handal di masa lalu.
Sejumlah nama terus dikagumi dan ikut mendunia bersama kaligrafi yang mereka lahirkan. Diantara seniman-seniman aksara itu adalah Ibnu Muqlah, Ibnu Bawwab, Yaqut Al musta’simi, Hamdullah (Ibn Syaikh), Hafidh Ustman, Musthafa Al- Raqim, Hamid Al-Amidi, dan Hasyim Muhammad Al-Bagdadi.
Ibnu MuqlahKaligrafier yang lahir pada 887 M ini merupakan seorang wazir (menteri) pada masa Khilafah Abbasiyah. Kemampuan kaligrafinya ia dapatkan atas bimbingan Al-Ahwal Al-Muharrir. Karena kemahirannya dalam menulis kaligrafi, Ibnu Muqlah dikenal sebagai “Imam Al-Khaththathin” atau “Bapak para Kaligrafer.”
Salah satu keberhasilan Ibnu Muqlah dalam kaligrafi adalah dalam mengangkat gaya tulis Naskhi menjadi Khath Kufi, selain juga menekuni Khath Tsulus. Sumbangan Ibnu Muqlah dalam dunia kaligrafi bukan pada penemuan gaya melainkan dalam hal pemakaian kaidah-kaidah sistematis, terutama untuk Khath Naskhi.
Ibnu BawwabMerupakan putra seorang penjaga pintu istana di Baghdad yang menghafal Alquran dan menuliskanya dalam 64 eksemplar. Salah satunya ia tulis dengan gaya Raihani dan disimpan di sebuah masjid di Istambul. Dialah penemu dan pengembang gaya khath Raihani dan Muhaqqah, serta salah satu penerus gaya Naskhi yang diusung Ibnu Muqlah.
Yaqut Al-Musta’simi
Seorang kepala perpustakaan Al-Mistan Syiriyah di Baghdad yang memiliki julukan Jamaluddin dan akrab disapa Abu Durra atau Abu Al-majid. Kaligrafer yang juga penyair ini mengembangkan metode baru penulisan huruf arab serta memelopori penulisan menggunakan bambu yang dipotong miring sebagai pena.
Yaqut dikenal melalui filsafatnya tentang kaligrafi, “Al-khaththu handasatun ruhaniyyatun dhaharat bi alatin jasmaniyyatin (Kaligrafi adalah geometri spiritual yang diekspresikan melalui alat jasmani).” Berkat kelihaiannya, gaya Khath Tsuluts berkembang menjadi bentuk ornamental yang dekoratif.
Ibnu Syekh (Syekh Hamdullah Al-Amasi)
Merupakan salah satu maestro kaligrafi terbesar sepanjang sejarah Utsmani dan menjadi kiblat para kaligrafier-kaligrafier pada masa itu. Pada zamannya, Sultan Bayazid II (Sultan Utsmani yang memerintah pada 1481-1512 M) belajar kaligrafi padanya. Dan karya-karya yang ditinggalkannya menjadi ‘rumus’ bagi pengembangan penulisan khath selanjutnya.
Sejumlah nama terus dikagumi dan ikut mendunia bersama kaligrafi yang mereka lahirkan. Diantara seniman-seniman aksara itu adalah Ibnu Muqlah, Ibnu Bawwab, Yaqut Al musta’simi, Hamdullah (Ibn Syaikh), Hafidh Ustman, Musthafa Al- Raqim, Hamid Al-Amidi, dan Hasyim Muhammad Al-Bagdadi.
Ibnu MuqlahKaligrafier yang lahir pada 887 M ini merupakan seorang wazir (menteri) pada masa Khilafah Abbasiyah. Kemampuan kaligrafinya ia dapatkan atas bimbingan Al-Ahwal Al-Muharrir. Karena kemahirannya dalam menulis kaligrafi, Ibnu Muqlah dikenal sebagai “Imam Al-Khaththathin” atau “Bapak para Kaligrafer.”
Salah satu keberhasilan Ibnu Muqlah dalam kaligrafi adalah dalam mengangkat gaya tulis Naskhi menjadi Khath Kufi, selain juga menekuni Khath Tsulus. Sumbangan Ibnu Muqlah dalam dunia kaligrafi bukan pada penemuan gaya melainkan dalam hal pemakaian kaidah-kaidah sistematis, terutama untuk Khath Naskhi.
Ibnu BawwabMerupakan putra seorang penjaga pintu istana di Baghdad yang menghafal Alquran dan menuliskanya dalam 64 eksemplar. Salah satunya ia tulis dengan gaya Raihani dan disimpan di sebuah masjid di Istambul. Dialah penemu dan pengembang gaya khath Raihani dan Muhaqqah, serta salah satu penerus gaya Naskhi yang diusung Ibnu Muqlah.
Yaqut Al-Musta’simi
Seorang kepala perpustakaan Al-Mistan Syiriyah di Baghdad yang memiliki julukan Jamaluddin dan akrab disapa Abu Durra atau Abu Al-majid. Kaligrafer yang juga penyair ini mengembangkan metode baru penulisan huruf arab serta memelopori penulisan menggunakan bambu yang dipotong miring sebagai pena.
Yaqut dikenal melalui filsafatnya tentang kaligrafi, “Al-khaththu handasatun ruhaniyyatun dhaharat bi alatin jasmaniyyatin (Kaligrafi adalah geometri spiritual yang diekspresikan melalui alat jasmani).” Berkat kelihaiannya, gaya Khath Tsuluts berkembang menjadi bentuk ornamental yang dekoratif.
Ibnu Syekh (Syekh Hamdullah Al-Amasi)
Merupakan salah satu maestro kaligrafi terbesar sepanjang sejarah Utsmani dan menjadi kiblat para kaligrafier-kaligrafier pada masa itu. Pada zamannya, Sultan Bayazid II (Sultan Utsmani yang memerintah pada 1481-1512 M) belajar kaligrafi padanya. Dan karya-karya yang ditinggalkannya menjadi ‘rumus’ bagi pengembangan penulisan khath selanjutnya.
sumber : republika