Read Net 88 - Spanyol menggunakan robot-robot serupa ikan yang terbuat dari serat karbon dan besi untuk mengurangi polusi di kawasan pelabuhan Gijon di kawasan utara negara itu.
Robot-robot ini digunakan untuk mencari tahu apakah ada kontaminasi di perairan laut dangkal ini.
"Kami ingin melakukan pengawasan polusi sehingga bila ada seseorang yang membuang bahan kimia atau ada sesuatu yang bocor, kami dapat mengetahuinya segera," kata Luke Speller, ilmuwan pada divisi penelitian BMT Group, konsultan teknologi.
"Kami dapat mengetahui penyebab polusi dan langsung mengatasinya," tambahnya.
Perusahaan ini adalah bagian dari konsorsium Shoal, kelompok yang didanai Komisi Eropa yang sebelumnya telah mengembangkan robot bawah laut.
"Pada saat ini, di pelabuhan-pelabuhan, robot ini digunakan untuk mengambil sampel sekali sebulan," kata Speller.
"Bila ada kapal yang masuk pelabuhan dan mengakibatkan kebocoran bahan kimia, maka dapat menyebar ke pesisir."
Dapat berubah arah
"Kami menempatkan robot ikan ini di pelabuhan dan kami selalu memeriksa tingkat polusi," kata Speller.
Robot yang disebut Ikan, dengan panjang sekitar 1,5m itu, dibuat sedemikian rupa dengan gerakan menyerupai ikan.
Ian Dukes dari Universitas Essex, ilmuwan lain dalam konsorsium itu, mengatakan inspirasi membuat robot ini muncul dari alam.
Ia mengatakan, "Selama jutaan tahun, ikan berevolusi dengan bentuk hidrodinamis, dan kami mencoba menirunya dengan robot ini."
"Robot-robot ini berenang seperti layaknya ikan, dan dapat berubah arah secara cepat, bahkan di laut dangkal sekalipun."
Polusi air merupakan bisnis yang mahal. Departemen Lingkungan dan daerah Pedesaan (Defra) Inggris memperkirakan di Inggris dan Wales saja, biaya untuk menangani polusi air mencapai £1,3 miliar per tahun.
Robot ikan ini harga per unit sekitar £20.000 (Rp280 juta). Namun Luke Speller mengatakan biaya pembuatan ini akan berkurang bila semakin banyak robot ikan yang diproduksi.
Robot-robot ini digunakan untuk mencari tahu apakah ada kontaminasi di perairan laut dangkal ini.
"Kami ingin melakukan pengawasan polusi sehingga bila ada seseorang yang membuang bahan kimia atau ada sesuatu yang bocor, kami dapat mengetahuinya segera," kata Luke Speller, ilmuwan pada divisi penelitian BMT Group, konsultan teknologi.
"Kami dapat mengetahui penyebab polusi dan langsung mengatasinya," tambahnya.
Perusahaan ini adalah bagian dari konsorsium Shoal, kelompok yang didanai Komisi Eropa yang sebelumnya telah mengembangkan robot bawah laut.
"Pada saat ini, di pelabuhan-pelabuhan, robot ini digunakan untuk mengambil sampel sekali sebulan," kata Speller.
"Bila ada kapal yang masuk pelabuhan dan mengakibatkan kebocoran bahan kimia, maka dapat menyebar ke pesisir."
Dapat berubah arah
"Kami menempatkan robot ikan ini di pelabuhan dan kami selalu memeriksa tingkat polusi," kata Speller.
Robot yang disebut Ikan, dengan panjang sekitar 1,5m itu, dibuat sedemikian rupa dengan gerakan menyerupai ikan.
Ian Dukes dari Universitas Essex, ilmuwan lain dalam konsorsium itu, mengatakan inspirasi membuat robot ini muncul dari alam.
Ia mengatakan, "Selama jutaan tahun, ikan berevolusi dengan bentuk hidrodinamis, dan kami mencoba menirunya dengan robot ini."
"Robot-robot ini berenang seperti layaknya ikan, dan dapat berubah arah secara cepat, bahkan di laut dangkal sekalipun."
Polusi air merupakan bisnis yang mahal. Departemen Lingkungan dan daerah Pedesaan (Defra) Inggris memperkirakan di Inggris dan Wales saja, biaya untuk menangani polusi air mencapai £1,3 miliar per tahun.
Robot ikan ini harga per unit sekitar £20.000 (Rp280 juta). Namun Luke Speller mengatakan biaya pembuatan ini akan berkurang bila semakin banyak robot ikan yang diproduksi.