Mengapa Wanita Menikmati Seks Yang Beresiko?

 Headline
Read Net 88 - Sebuah penelitian terbaru menemukan, perlakuan kasar dari pasangan saat tengah melakukan hubungan seksual membuat perempuan rentan terhadap seks berisiko seperti penularan HIV, Penyakit Menular Seksual (PMS) dan kehamilan yang tidak direncanakan. Namun penelitian juga menemukan, para wanita justru menikmati model hubungan bercinta seperti itu.
Seperti dikutip dari timesofindia.com, ahli hubungan seksual, Lisa Antao mengatakan, kejadian ini juga banyak menimpa perempuan di India. Penelitian juga menemukan bahwa wanita yang telah menyaksikan kejahatan dan bentuk kekerasan baik di masa kecil dan dewasa, mereka lebih rentan terhadap seks berisiko, juga, wanita yang telah disiksa lebih mungkin untuk menikmati hubungan seks tanpa kondom dan menggunakan alkohol atau obat sebelum berhubungan seks.
Lalu apa yang membuat para wanita menikmati seks berisiko tersebut? Alasannya tentu tidak dapat dikaitkan dengan pembebasan model hubungan intim ataupun melanggar moral.
Psikiater dan psikoterapis Dr Anjali Chhabria mengatakan, "Dalam 20 tahun saya berlatih, saya telah menemukan banyak wanita yang menikmati perilaku seksual berisiko, ada penyalahgunaan, kekerasan fisik, seksual-umum inses-. di masa lalu”.
Mereka yang telah mengalami kekerasan terutama kekerasan seksual masa kecil, sangat rentan untuk tidak hanya perilaku eksternalisasi (yaitu risiko tinggi perilaku seksual dan ketergantungan zat) tetapi juga untuk perilaku internalisasi yang meliputi tingginya insiden depresi dan gangguan kecemasan. Kekerasan seksual di masa lalu juga membuat mereka mengambil risiko dan mengarah ke perilaku seksual yang lebih sembrono.
Mereka mungkin terbiasa dengan tingkat kegembiraan tertentu dan menemukan seks rutin dengan satu pasangan membosankan sehingga tanpa sadar mereka mungkin mencari kegembiraan yang meliputi seks berisiko. Balas dendam terhadap lawan jenis dengan mengikat dan menarik mereka dan terlibat dalam seks berisiko yang biasa terlihat.
Mencegah kekerasan dalam rumah tangga dan intoleransi terhadap perempuan adalah langkah yang paling penting. Mendidik remaja tentang masalah yang terkait dengan praktek seksual berisiko tinggi seperti PMS dan kehamilan yang tidak diinginkan, dan mempromosikan seks yang aman harus dilakukan.
Perilaku impulsif wanita seperti itu dapat dikontrol dengan bantuan teknik seperti Terapi Perilaku dialektis (DBT), menggabungkan terapi perilaku dengan prinsip-prinsip meditasi Zen. Juga, Terapi Perilaku Kognitif (CBT) dapat membantu menangani masalah depresi dan kecemasan. Individu-individu yang telah mengalami kekerasan melihat dunia baik sebagai sangat baik (putih) atau sangat buruk (hitam), dan terapi membantu mereka melihat abu-abu.

 
READNET 88 CONTACT US | Bloggerized by ILHAM BANDERAS - ABOUT US | MORE INFO