Para personel Set14 band
Tidak malu kembali menekuni pekerjaan sebagai kuli bangunan.
Garis hidup memang Tuhan yang menentukan, manusia hanya bisa berusaha. Hal itulah yang dialami dua personel Set14 band, Ari dan Barley. Keduanya kini kembali tengah menghadapi krisis ekonomi yang berat, pasca diberlakukannya kebijakan regulasi Ring Back Tone (RBT) dan Nada Sambung Pribadi (NSP) oleh BRTI (Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia) Oktober tahun lalu yang juga dikenal dengan sebutan 'Black October'.
Ari yang memiliki nama lengkap Muhammad Ari Saputra tersebut mengisahkan, jika kondisi yang dialaminya bersama rekan-rekannya jauh lebih memprihatinkan dibandingkan sebelum mereka berangkat ke Jakarta. Terlebih dirinya dan Barley hanyalah berprofesi sebagai tukang bangunan.
"Sebelum membentuk band, kami memang merupakan tukang bangunan," ujar Ari saat dihubungi Beritasatu.com melalui sambungan telepon. Saat dihubungi, Ari tengah mengerjakan sebuah bangunan di Lampung.
Setelah penghasilan mereka dihantam kebijakan layanan premium, Ari mengaku sudah tidak tahan lagi dengan biaya operasional di Jakarta sehingga ia dan teman-temannya memutuskan untuk kembali ke Lampung.
"Waktu itu penghasilan kami lumayan di Jakarta, sempat menembus puluhan juta rupiah dari NSP dan RBT. Cukup untuk kehidupan dan biaya operasional bahkan masih ada kelebihan sedikit," ujarnya.
Barley dan Ari saat menjalankan aktivitasnya sebagai kuli bangunan
Kini untuk mencukupi kehidupan sehari-hari, ia dan Barley yang sama-sama berprofesi sebagai tukang harus bekerja lebih keras lagi. "Bahkan Barley yang istrinya sedang hamil, kini ikut kakaknya nukang di daerah lain," tuturnya.
"Kami hanya kenek (asisten tukang), jadi cuma dapat honor satu hari 40 ribu rupiah. Itu pun penghasilannya enggak menentu setiap bulannya. Ya, kalau seperti ini kan tergantung proyeknya, enggak setiap bulan ada," tuturnya.
Yang lebih memprihatinkan, menurut Ari, rekannya Barley yang merupakan vokalis Set14 benar-benar dalam keadaan terpuruk. "Sudah berkeluarga, istri sedang hamil bahkan ia sedang dikejar-kejar hutang. Bahkan ponsel saja dia enggak punya," ujar Ari dengan nada prihatin.
"Setelah penghasilan merosot tajam, uang tabungan kami habis buat bayar hutang-hutang kemarin-kemarin waktu kami sedang berjuang menembus Jakarta," imbuhnya.
Namun, di balik keprihatinannya itu, Ari masih optimis jika ia dan teman-temannya dapat bangkit kembali meramaikan blantika musik tanah air. Karena itulah ia dan rekan-rekannya tidak berniat membubarkan band yang telah dibentuk dengan susah payah tersebut.
Untuk penghasilan tambahan, Ari dan teman-temannya di band Set14 manggung dari acara kampung ke kampung dengan tidak mematok bayaran.
"Paling acara hajatan orang kampung. Kami enggak minta bayaran, ya dapat rokok-rokok saja sudah bersyukur. sedikasihnya saja. Yang penting kami masih bisa menghibur masyarakat," tuturnya.
"Kami sesekali masih latihan, tapi enggak sesering dulu. Kami masing-masing menciptakan lagu dan dibawa saat bertemu. Jadi lebih efisien saja. Kami juga enggak malu kembali seperti ini (jadi tukang bangunan). Kami malah bangga masih bisa berjuang. Kami tidak pernah berhenti berharap," pungkasnya.
Sumber