Anak - Anak Yang Jadi Dewasa Sebelum Waktunya



ReadNet 88 - Dunia anak-anak adalah dunia bermain. Namun dalam kondisi tertentu, anak-anak menjadi 'dewasa' sebelum waktunya. Di usia belianya, mereka harus menggunakan sebagian waktu bermainnya untuk melakukan kegiatan yang dilakukan orang dewasa.

Anak yang satu dengan yang lain tumbuh besar dalam kondisi yang berbeda. Tidak semua anak memiliki kebebasan bermain. Sebab ada beberapa anak-anak di usia yang seharusnya masih diurus oleh orang tuanya, malah harus mengurus orang tua atau dirinya sendiri.

Nah, berikut ini kisah beberapa anak yang harus 'dewasa' sebelum waktunya:

1. Sinar, Gadis Kecil dari Polewali Mandar

Sinar adalah anak bungsu dari enam bersaudara. Bersama dengan ibunya, Sinar tinggal di rumah sederhana berukuran 4 x 6 meter di Desa Riso, Kecamatan Tapango, Polewali Mandar, Sulawesi Barat.

Sehari-hari Sinar harus merawat sang ibu yang pada 2009 sudah dua tahun terbaring lumpuh. Sebab kelima kakaknya harus bekerja sebagai pembantu, sedangkan ayahnya pergi entah ke mana.

Gadis kelas 1 SD itu menyempatkan diri untuk memasak nasi dan membereskan rumah sebelum berangkat ke sekolah. Dia pun menyempatkan diri untuk memandikan dan memberi makan sang ibu. Bahkan saat sang ibu buang air, Sinar juga yang membersihkan.

Seharusnya bocah seusia Sinar mendapat asupan gizi yang cukup. Namun karena keadaan ekonomi yang begitu pas-pasan membuatnya kerap mengonsumsi nasi tanpa lauk. Tak jarang, lauk makan Sinar dan ibunya hanyalah garam. Sedangkan untuk mengganti susu, Sinar sering meminum air tajin.

Ketika kisah haru Sinar terpublikasi di media pada akhir 2009, perhatian besar pun tercurah. Aneka bantuan dan kunjungan satu demi satu menyambangi rumah Sinar. Mulai dari warga biasa, organisasi keagamaan, perkumpulan geng motor, dan sejumlah pejabat.

Tak hanya makanan dan uang, Sinar juga mendapat bantuan peralatan sekolah dan pakaian. Bahkan tim dokter didatangkan untuk memeriksakan kesehatan Murni, ibunda Sinar.

Ternyata di tengah bantuan yang mengalir, ada pencuri yang tega beraksi. Bantuan berupa barang dan makanan dari para dermawan hilang dari kediaman Sinar. Namun yang jelas saat media gencar menyorot Sinar, bocah yang semula dipandang sebelah mata itu mendapat hujan perhatian.

2. Adit, Bocah Asal Nganjuk

Muhammad Aditya baru berusia 5 tahun pada 2011. Meski demikian dia sudah terbiasa membersihkan rumah, mencuci dan menjemur pakaian. Bahkan dia pun dengan tulus menyiapkan air mandi untuk ibunya yang hanya bisa terbaring di kasur lantaran lumpuh.

Adit bersama ibunya, tinggal di Jarakan Kelurahan Ganung Kidul Kecamatan/Kabupaten Nganjuk. Jika sang ayah keluar kota, Adit memang jadi satu-satunya harapan sang ibu.

Adit adalah anak satu-satunya yang dimiliki Sunarti dari pernikahannya dengan suami kedua yakni Rudi (45), asal Jombang. Dari pernikahan pertamanya, wanita asal Tambak Sawah, Sidoarjo dikaruniai 3 anak laki-laki, yang saat ini sudah tinggal terpisah darinya.

Kisah pilu itu mulai terjadi saat Adit berusia setahun, tanpa sebab yang pasti mendadak Sunarti tak lagi bisa menggunakan kakinya untuk berjalan. Bahkan organ tubuh dari pinggang ke bawah saat ini sudah tak lagi berfungsi.

Saat ini Sunarti sepenuhnya menggantungkan hidupnya kepada Adit, meski dengan segala keterbatasan yang ada. Rudi, suaminya saat ini hanya pulang seminggu hingga dua minggu sekali untuk mengantarkan uang hasil bekerja, selebihnya banting tulang di luar rumah.

"Saya tidak pernah menyuruh dan tidak pernah memintanya melakukan. Seperti menyalakan lampu, saya hanya bilang kalau menggunakan kursi nanti bisa jatuh, gunakan saja sapu untuk menekan saklar, dan dia bisa melakukannya sendiri," beber Sunarti mengenai apa yang dilakukan anaknya saat ditemui detikcom di rumahnya, Selasa (19/4/2011).

Sementara Adit sama sekali tidak mengeluh. Meski tak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada ibunya, Adit mengaku melakukan semua pekerjaan itu karena rasa sayangnya kepada sang ibu.

"Kasihan ibu atit (sakit)," kata Adit lirih, saat ditanya mengenai kelumpuhan ibunya.

Bocah berambut ikal itu mengaku mengenal semua pekerjaan rumah yang tak semestinya sudah dilakukan. Mulai belajar kepada sang ayah saat pekerjaan yang sama dilakukan. Seperti mencuci pakaian, dia melakukan dengan merendam terlebih dahulu menggunakan sabun, menguceknya pelan, memeras dan menjemur pakaian yang didesain sedemikian rupa, sehingga terjangkau tubuhnya yang kecil.

"Masak nasi ibu yang belsihkan belasnya. Nanti dimasukkan dandang. Kalau gas habis, saya beli, minta dipasang tabungnya. (Masak nasi ibu yang bersihkan berasnya. Nanti dimasukkan dandang (tempat menanak nasi). Kalau gas habis, saya beli, minta dipasangkan (sekalian) tabungnya)," urai bocah berkulit gelap tersebut.

Dengan segala kesibukannya meladeni sang ibu, Adit tetaplah seorang bocah yang menginginkan kesenangan bermain dengan teman seusianya. Jika rasa itu datang dia langsung meminta izin ke ibunya, namun tak lupa pulang jika pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya sudah harus dilakukan.

3. Ah Long, Bocah yang Harus Hidup Sendiri

Ah Long dilahirkan dengan virus HIV yang mengalir di darahnya. Orang tuanya meninggal berturut-turut pada tahun 2008 dan 2010. Dia benar-benar menjadi yatim piatu saat usianya baru 6 tahun.

Warga sekitar takut mendekat karena tak ingin tertular HIV/AIDS. Alhasil Ah Long yang tinggal sebuah desa di kaki bukit Gunung Malu, Liuzhou di provinsi Guangxi, China, itu harus tinggal sendiri di rumahnya yang begitu sederhana.

Dikutip dari kualalumpurpost.net, bocah kelahiran 2004 itu memiliki seorang nenek berusia 84 tahun yang cukup sering berkunjung. Sang nenek juga memasak untuk Ah Long dan menanam beberapa sayuran di sekitar rumah anak laki-laki itu.

Si kecil Ah Long tidak tahu apa itu AIDS. Yang dia tahu, teman-temannya tidak pernah mau berdekatan dengannya. Dokter tidak mau mengobati lukanya, dan sang nenek kendati kerap berkunjung, menolak untuk tinggal bersama Ah Long. Bahkan dia pernah ditolak di sekolah dasar dekat rumahnya. Satu-satunya yang mau bermain dengannya hanyalah seekor anjing yang dinamainya Lao Hei.

Namun sejak kisah Ah Long disorot media, dia mendapat perhatian luar biasa dari masyarakat serta pemerintah China. Awal Desember 2010 sebuah rumah sosial di Kota Liuzhou, bersedia untuk merawatnya. Banyak pula yang ingin mengadopsinya.

Pemerintah pun akan memberikan tunjangan hidup tahunan sebesar 1.200 yuan bagi Ah Long dan neneknya. Dia juga akan menerima dana subsidi bagi anak yatim piatu dan bantuan lainnya.

Tak hanya itu, makanan, pakaian, mainan dan barang-barang lainnya terus mengalir dari para dermawan. Bahkan ada penggalangan dana melalui internet yang akhirnya dapat mengumpulkan uang 24.000 yuan untuk membangun rumah baru bagi Ah Long. Rumah baru itu besarnya sekitar 60 meter persegi, dengan dua kamar tidur, ruang tamu, dapur, dan toilet. Namun nasib rumah itu tidak diketahui setelah Ah Long tinggal di rumah sosial.



Sumber

 
READNET 88 CONTACT US | Bloggerized by ILHAM BANDERAS - ABOUT US | MORE INFO