Menjelang pemilihan presiden di Mesir, banyak pihak turut menyoroti sektor pariwisata, yang menjadi pemasukan besar negeri ini. Beberapa tokoh Islamis Mesir sempat menyerukan pesan baru bagi wisatawan, berbunyi "Selamat datang di Mesir, tapi tidak boleh ada minuman keras, bikini, atau berenang bersama antara pria dan wanita di pantai."
Otoritas pariwisata Mesir telah berusaha meyakinkan wisatawan tentang visi pariwisata negeri ini. Salah satunya disampaikan oleh Partai Kebebasan dan Keadilan (FJP), yang memiliki mayoritas anggota dalam parlemen dan memiliki hubungan erat dengan Ikhwanul Muslimin Islam.
Awalnya dikhawatirkan bahwa seruan tersebut akan mengundang protes dari pelaku industri pariwisata Mesir. Namun ternyata, mereka memandang itu tidak lepas dari kampanye politik menjelang pemilihan presiden.
"Seruan ini hanya retorika, sebagai upaya untuk memenangkan suara. Mereka dapat berkata dan berjanji apapun, tetapi mereka tidak akan memberikan apa-apa," kata Omayma El Husseini, Direktur Kantor Pariwisata Mesir, seperti dikutip SMH, Jumat (1/6/2012).
Dia menambahkan bahwa seruan dikhawatirkan akan mengundang konflik, apalagi sektor pariwisata sangat penting bagi Mesir. Pariwisata menjadi kontributor tertinggi kedua terhadap pendapatan Mesir.
"Industri pariwisata dan Muslim liberal di Mesir tidak akan membiarkan mereka mengacaukannya. Sebab, setidaknya satu dari 10 orang di Mesir hidup dari pariwisata, dan negara telah menyaksikan penurunan tajam pengunjung sejak revolusi tahun lalu," lugasnya.
Menurut angka resmi, kedatangan wisatawan luar negeri turun sekira seperempat pada 2011 dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dan telah turun 10 persen sejauh ini pada 2012.
Partai oposisi khawatir bahwa setiap pembatasan atas penjualan alkohol dan pemisahan pria dan wania di pantai berjemur bisa berdampak lebih dramatis, terutama di resor pantai, seperti Sharm El Sheikh yang menyedot banyak wisatawan luar negeri.
Sementara, Peter Lilley, juru bicara Asosiasi Pariwisata Timur Tengah dan Afrika Utara, yang turut mempromosikan Mesir sebagai tujuan liburan, mengatakan ragu terhadap pemberlakuan seruan tersebut.
"Pariwisata adalah suatu industri besar di Mesir. Saya tidak bisa melihat akan ada tindakan ekstrem yang diperkenalkan," katanya.
Dia membenarkan bahwa jumlah pengunjung tetap menjadi perhatian, dan menekankan bahwa sejumlah faktor menjadi penghambat. Bukan karena pembatasan alkohol ataupun kebebasan berjemur di pantai, tetap ada pula kerusuhan sipil, biaya liburan, petugas maskapai penerbangan, dan sebagainya.